Syeh Bujang Santri - Babakan Desa Jingkang
Pada catatan sejarah berbagai literasi yang ada. berkembangnya Islam di Indonesia khususnya di Jawa tidak dapat dilepaskan dari peran besar para wali beserta para pengikutnya. mengenai kapan sesungguhnya Islam masuk ke Nusantara para ahli berbeda pendapat. masing masing pendapat ditopang ditopang oleh teori yang dibangun masing masing ahli tersebut.
Pendapat pertama mengatakan bahwa islam telah hadir di Nusantarta sejak abad ke - 7 M (684 M). pada tahun tersebut datang seorang pemimpin Arab ke Tiongkok dan telah memiliki pengikut dari Sumatra.
Pendapat kedua menyatakan bahwa islam datang ke Nusantara tahun 674 M, saat itu datang seorang utusan raja Arab Ta Chen (Muawiyah) ke Cho Po (jawa) menyelidiki dan membuktikan keadilan dan kemakmuran rakyat kerajaan Kalingga (Hong Ling) yang dirajai oleh Ratu Shima.
Pendapat terakhir mengatakan bahwa Islam telah masuk ke Nusantara sejak Abad ke 1 H atau abad ke VII M langsung dari Arab dan wilayah yang didatangi ialah pesisir Pulau Sumatera.
Pendapat pendapat itulah yang merujuk adanya Petilasan Syeh Ahmad Al Muhajir beserta putranya.
Dalam pendapat para ahli dapat dikelompokan bahwa masuknya Islam ke Nusantara (Indonesia) yaitu ditandai dengan adanya Walisongo. Sehingga munculnya dua batasan kelompok pendapat yaitu masuknya islam sebelum abad ke 15, dimana masyarakat mayoritas penganut agama non islam dan islam masih minoritas karena Agama islam pada awalnya adalah kepercayaan baru yang banyak ditentang oleh masyarakat sekitarnya.. Batasan kelompok berikutnya yaitu setelah abad ke 15 berdatangan para penyiar agama islam yang terpilih oleh Alloh SWT. termasuk para waliyulloh yaitu walisongo dan sebagainya.
Pendapat pertama mengatakan bahwa islam telah hadir di Nusantarta sejak abad ke - 7 M (684 M). pada tahun tersebut datang seorang pemimpin Arab ke Tiongkok dan telah memiliki pengikut dari Sumatra.
Pendapat kedua menyatakan bahwa islam datang ke Nusantara tahun 674 M, saat itu datang seorang utusan raja Arab Ta Chen (Muawiyah) ke Cho Po (jawa) menyelidiki dan membuktikan keadilan dan kemakmuran rakyat kerajaan Kalingga (Hong Ling) yang dirajai oleh Ratu Shima.
Pendapat terakhir mengatakan bahwa Islam telah masuk ke Nusantara sejak Abad ke 1 H atau abad ke VII M langsung dari Arab dan wilayah yang didatangi ialah pesisir Pulau Sumatera.
Pendapat pendapat itulah yang merujuk adanya Petilasan Syeh Ahmad Al Muhajir beserta putranya.
Dalam pendapat para ahli dapat dikelompokan bahwa masuknya Islam ke Nusantara (Indonesia) yaitu ditandai dengan adanya Walisongo. Sehingga munculnya dua batasan kelompok pendapat yaitu masuknya islam sebelum abad ke 15, dimana masyarakat mayoritas penganut agama non islam dan islam masih minoritas karena Agama islam pada awalnya adalah kepercayaan baru yang banyak ditentang oleh masyarakat sekitarnya.. Batasan kelompok berikutnya yaitu setelah abad ke 15 berdatangan para penyiar agama islam yang terpilih oleh Alloh SWT. termasuk para waliyulloh yaitu walisongo dan sebagainya.
Muh Cipto Waluyo dan Julekha
Dalam catatan sejarah yang ada, Islam masuk kewilayah kabupaten Banyumas pada masa Kerajaan Demak berkuasa,ketika itu utusan Demak Bintoro yaitu Syeh Makdum Wali dan beberapa orang lainnya menghadap ke Penguasa Pasir Luhur yaitu Adipati Banyak Blanak (Pangeran Senopati Mangkubumi 1) keturunan dari Raden Kamandaka (Banyak Catra) dengan patihnya Wirakencana (Banyak Geleh). Pasir Luhur sendiri pada saat itu merupakan sebuah kadipaten independen dibawah pengaruh Kerajaan Pakuan Padjajaran.Atas ajakan Sultan Demak melalui para utusannya tersebut kakak beradik penguasa Pasir Luhur akhirnya bersedia masuk islam dan akhirnya terlibat aktif dalam penyebaran islam di Jawa bagian barat dan timur, Adipati Banyak Blanak dan adiknya Patih Wira Kencana juga turut serta dalam pembangunan Masjid Agung Demak.
Setelah Adipati Banyak Blanak wafat, tampuk penguasa Pasir Luhur diganti putranya yaitu Adipati Banyak Thole, namun karena terjadi perselisihan politik antara Adipati Banyak Thole dan Demak yang ketika itu di pimpin oleh Sultan Trenggono, maka menyebabkan Demak kemudian menyerang Pasir Luhur pada tahun 1542-1544 M. akhirnya Pasir Luhur kalah dan proses islamisasi berjalan meskipun secara tertutup.
Dalam lacak sejarah penyebaran Islam di wilayah Kabupaten Banyumas dan sekitar terdapat tokoh penting yaitu Syaik Abdush Shomad di Jombor Desa Cipete yang diyakini sebagai pjuang penyebar agama islam beserta para santri - santrinya.
Petilasan leluhur Syaik Abdush Shomad dan Santrinya ada yang didaerah seperti Desa Jingkang dan
Sawangan. Dimana sebenarnya ada 4 pilar utama Waliyulloh
yang terletak pada 3 titik dimana menopang daerah Desa Jingkang dan Sawangan. Waliyulloh tersebut terbagi dari 2 dekade yang keduanya
terpaut jarak ratusan tahun, tetapi secara nazab darah dan keilmuan semuanya
masih menyatu. Ke empat waliyulloh tersebut yaitu :
- Syeh Ahmad Al Muhajir dan Putranya (Petilasan)
- Syeh Bagus Santri (Tubagus Santri)
- Syeh Bujang Santri (Mbah Jaka Mertapati)
Syeh
Bujang Santri menurut cerita yang beredar adalah seorang Santri dari ulama
besar yang ternama yaitu santri dari Syaik Abdush Shomad dari Jombor Desa Cipete
Kecamatan Cilongok. Syeh Bujang Santri menurut cerita sejarah beliau
mensyiarkan agama islam didaerah Desa Jingkang dengan gigihnya. Menurut cerita
yang ada Syeh Bujang Santri menyebarkan agama islam sejak beliau masih muda
dan masih bujangan, sampai akhirnya beliau mendapat gelar kehormatan dari masyarakat yaitu Mbah meskipun masih dalam keadaan
masih bujangan atau bahasa jawanya masih JAKA. Karena sebab itulah Syeh Bujang
Santri disebut juga Mbah JAKA. adapun mmpunyai keturunan atau tidaknya belum dapat kami kroscek lebih dalam lagi.
Maqam Syeh Bujang Santri / Mbah Jaka Mertapati
Keberadaan maqam Syeh Bujang
Santri atau Mbah JAKA ini sebagai salah satu Waliyulloh yaitu dipelopori oleh
seorang yang bernama Muh Cipto Waluyo.
Dengan cara apapun ditempuh untuk mencari sumber informasi, Alkhamdulilah sampai pada suatu hari berhasil mendapat informasi
keterangan bahwa Syeh Bujang Santri adalah waliyulloh.
Muh Cipto Waluyo sedang ziarah di Maqam Syeh Bujang Santri
Pada suatu ketika ada utusan dari
Syeh Alwan daerah Banten tepatnya hari Rabu
Kliwon tanggal 23 September 2015 yang merupahan ahli ilmu hikmah menemui Muh Cipto
Waluyo agar diantar minta ziarah ke maqam Syeh Bujang Santri karena ingin
mendapatkan dan membuka karomah kewallian dari Syeh Bujang Santri
Maqam Syeh Bujang Santri di Desa Jingkang lokasinya sangat mudah dijangkau dengan berjalan kaki tidak sampai 5 menit, karena letaknya dekat sekali dengan jalan umum dan prasarana umum. letak maqam itu ada di perbatasan Desa Jingkang dan Desa Sawangan, tepatnya di Grumbul Babakan Desa Jingkang di sebelah barat SMP PGRI 2 Ajibarang. jalan yang dapat ditempuh untuk dapat berziarah ke Maqam Syeh Bujang Santri adalah sebagai berikut :
1. Lewat perbatasan Desa Jingkang dan Desa Sawangan yang letaknya sangat dekat dari jalan raya. dan jalan ini merupakan jalan utama untuk ziarah.
Maqam Syeh Bujang Santri di Desa Jingkang lokasinya sangat mudah dijangkau dengan berjalan kaki tidak sampai 5 menit, karena letaknya dekat sekali dengan jalan umum dan prasarana umum. letak maqam itu ada di perbatasan Desa Jingkang dan Desa Sawangan, tepatnya di Grumbul Babakan Desa Jingkang di sebelah barat SMP PGRI 2 Ajibarang. jalan yang dapat ditempuh untuk dapat berziarah ke Maqam Syeh Bujang Santri adalah sebagai berikut :
1. Lewat perbatasan Desa Jingkang dan Desa Sawangan yang letaknya sangat dekat dari jalan raya. dan jalan ini merupakan jalan utama untuk ziarah.
Batas Desa Jingkang dan Desa Sawangan
jalan yang utama tersebut ada disebelah timur persis perbatasan Desa Jingkang dan Desa Sawangan melewati jembatan perbatasan. atas perhatian dari Pemerintah Desa JIngkang yang di pimpin oleh Kades Edi Riyanto, maka kemarin 2022 telah dibangun jalan menuju makamnya, dengan pengecoran yang layak.
Jalan utama menuju Maqam Syeh Bujang Santri - Babakan Desa Jingkang
(Sebelum di Cor)
2. Dapat juga lewat sebelah selatan Maqam Syeh Bujang Santri (Mbah Jaka) yaitu lewat jalan sebelah bengkel motor Bapak NASIHUN grumbul Babakan RT 2 RW 3 Desa Jingkang
Keberadaan Maqam Syeh Bujang Santri - di Babakan Desa Jingkang memang sudah lama dikenal masyarakat, namun keberadaan ini dipublikasikan lebih luas oleh Muh Cipto Waluyo atas saran para ulama ahli khikmah. dan menurut para ulama ahli khikmah keeksistensianya dan sebagai pemelihara Maqam Syeh Bujang Santri - di Babakan Desa Jingkang untuk sekarang koordinator pelihara oleh Muh cipto Waluyo yang bertempat tinggal di Kalisari Desa Jingkang.
semoga keberadaan dan munculnya informasi ini tentang kewalian Syeh Bujang Santri di Babakan Desa Jingkang membawa dan berpengaruh positif membangun semangat keagamaan dengan seijin Alloh SWT.
ini baru sekilas yang saya ketahui dari berbagai informasi yang kami dapatkan, jika banyak yang kurang itu murni dari kami pribadi sebagai manusia biasa.
Kritik dan saran yang membangun dapat dilayangkan kepada Muh Cipto Waluyo sebagai penulisnya.
semoga keberadaan dan munculnya informasi ini tentang kewalian Syeh Bujang Santri di Babakan Desa Jingkang membawa dan berpengaruh positif membangun semangat keagamaan dengan seijin Alloh SWT.
ini baru sekilas yang saya ketahui dari berbagai informasi yang kami dapatkan, jika banyak yang kurang itu murni dari kami pribadi sebagai manusia biasa.
Kritik dan saran yang membangun dapat dilayangkan kepada Muh Cipto Waluyo sebagai penulisnya.
mantap guru...
BalasHapustrims.. mas brooo
HapusPak Ciptooooo
BalasHapusPak Ciptooooo
BalasHapusUps.... njjih mba Dila, gimana kabarnya, lagi baikan....? btw sekolah sudah selesai belum....
BalasHapusAlhamdulillah sae pak,
HapusSekolah mah masih panjang pak semoga :) aamiin
Mantap kang cipto,saya jdi tahu sejarah jingkang seprti apa maksih kang cipto
BalasHapusOke trims
BalasHapusmakasih dadi ngerti sejarahe lik.
BalasHapusMantapp pak guruu
BalasHapusAssalamu'alaikum Pak Kyai Cipto,, ini Saya Punky Agustrianto cucu dari Kaki Sanmarta Kitam Bin Kaki Karyani..
BalasHapusSilsilah syaikh abdul shomad jalur ayah sbb :
BalasHapusTubagus abdul shomad bin tubagus qosim ( kiyai singa wedhana ) bin tubagus hikayat bin pangeran ahmad burhan ( ratubagus buang ) bin pangeran ksatrian bin sulthan haji abulnashri abdul kohhar bin sulthan abulfatih abdul fattah ( ageng tirtayasa ) bin sulthan abul ma'ali ahmad bin sulthan abul mufakhir mahmud abdul kadir bin maulana muhammad nashruddin - pangeran ratu ing banten bin panembahan maulana yusuf bin maulana hasanuddin bin syaikh syarif hidayatulloh ( sunan gunung jati )
Ini, Silsilah Syaikh Bujang santri / Syaikh Bagus Santri?
Hapusapakah benar Tubagus Abdus Somad mempunyai anak Tubagus Zainuddin Syafi /Ki Ode/odeng
HapusSyaikh abdul shomad - jombor
BalasHapusAsslmkm Yai Cipto salam kenal..
BalasHapus